try this

perkembangan masa bayi

I. PENDAHULUAN

Masa bayi, atau yang disebut dengan istilah neonatus (dari kata newdan natal), infancy, babyhood, atau baby merupakan masa yang sanga
t penting. Umumnya ahli psikologi perkembangan membatasi periode masa bayi dalam 2 tahun pertama dari pasca natal. Masa bayi ini disebut juga sebagai periode vital, karena kondisi fisik dan psikologis bayi merupakan fondasi yang kokoh bagi perkembangan dan pertumbuhan selanjutnya.


Pada saat dilahirkan, bayi berada dalam kondisi yang sangat lemah dan tidak berdaya. Selama beberapa bulan masa bayi, ketidakberdayaan itu berangsur-angsur menurun. Dari hari kehari, minggu ke minggu dan bulan ke bulan, bayi semakin memperlihatkan kemandirian, sehingga pada saat masa bayi berakhir, yaitu kira-kira pada usia 2 tahun, ia telah menjadi seorang manusia yang berbeda dengan kondisi awal masa bayi.


Dalam makalah ini akan dijelaskan lebih lanjut tahap-tahap perkembangan pada masa bayi. Semoga bermanfaat bagi pembaca.






II. RUMUSAN MASALAH


A. Bagaimana perkembangan fisik pada bayi ?


B. Bagaimana perkembangan kognitif pada bayi ?


C. Bagaimana perkembangan psikososial pada bayi ?






III. PEMBAHASAN


A. Perkembangan Fisik


Selama dua tahun pertama, perkembangan fisik bayi berlangsung sangan ekstensif. Perkembangan-perkembangan fisik ini meliputi;


1. Tinggi dan berat badan


Pada saat dilahirkan, panjang rata-rata bayi adalah 20 inchi atau 50 cm dengan berat 3,4 kg. Segera setelah bayi menyesuaikan diri dengan kegiatan makan melalui cara menghisap, menelan dan mencerna, fisiknya bertumbuh dengan cepat. Selama berbulan-bulan pertama kehidupannya, berat badan bayi bertambah sekitar 5 hingga 6 ons per minggu. Pada usia 4 bulan, berat badan mereka naik 2 kali. Pada tahun kedua kehidupannya, rata-rata pertumbuhan bayi mengalami perlambatan. Pada usia 2 tahun, berat bayi mencapai sekitar 13 hingga 16 kg dengan tinggi sekitar 32 hingga 35 inchi.[1]


2. Rangkaian tingkah laku dan keadaan bayi


Perkembangan refleks dan fungsi motorik pada bayi memunculkan serangkaian tingkah laku yang lebih kompleks. Dengan tingkah laku yang kompleks tersebut telah memungkinkan bayi sebagai makhluk biologis dapat bertahan hidup. Pola tingkah laku dan keadaan bayi meliputi tiga hal yang dapat dilihat melalui tabel berikut: 




Tingkah laku 


Ciri utama 



Siklus tidur dan bangun 




6 – 7 bulan : tidur sepanjang malam tanpa bangun


12 bulan : 50% waktu dihabiskan untuk tidur 



Tingkah laku toiletting 




2 bulan : bayi BAB 2 kali sehari


4 bulan : interval makan dan BAB bisa diramalkan 



Tingkah laku makan dan minum 


Noenatal : bayi makan 7 – 8 kali sehari


1 bulan : bayi makan 5 – 6 kali sehari


2 bulan : makan makanan padat


12 bulan : makan 3 kali sehari 







3. Perkembangan refleks


Pada masa bayi, terlihat gerakan-gerakan sontan yang disebut refleks. Gerakan refleks disebabkan oleh dorongan yang datang dari luar berbentuk perangsang. Perangsang itu menimbulkan reaksi yang seperti mata berkedip karena silau, batuk jika salah telan, muntah jika merasa pahit dan sebagainya. Reaksi-reaksi tersebut digolongkan menjadi 2 bagian;


a. Reaksi yang bersifat positif. Misalnya gerakan untuk menyatakan rasa puas, ia mengisap-isap jika mulutnya tersentuh tetek ibunya.


b. Reaksi negatif. Gerakan yang dikalukan untuk menolak perangsang yang tidak menyenangkan, misalnya meludah kalau merasa pahit.[2]


c. Reaksi spontan (aksi), yakni gerakan-gerakan bayi yang tidak disebabkan oleh adanya rangsangan yang datang dari luar dirinya. Tetapi gerakan tersebut dilakukan karena kehendaknya sendiri karena dorongan dari dalam dirinya (inside). Seperti sendirian tanpa sebab menggerakkan tangan, kaki, kepala menggelepan, dan lain-lain.[3]


4. Perkembangan keterampilan motorik


Keterampilan motorik merupakan gerakan-gerakan yang terjadi pada bagian-bagian tubuh yang disengaja, otomatis, cepat, dan akurat. gerakan-gerakan ini dimotori dengan kerjasama antara otot, otak, dan saraf-saraf. Keterampilan motorik ini dapat dikelompokkan menurut otot-otot dan bagian-bagian badan yang terkait, yaitu;


a. Keterampilan motorik kasar (gross motor skill), Meliputi kegiatan-kegiatan otot besar seperti menggerakkan lengan dan berjalan. Sejumlah peristiwa penting motorik kasar terjadi pada kira-kira usia 12 hingga 13 bulan.


b. Keterampilan motorik halus (fine motor skill), Meliputi gerakan yang lebih halus dibandingkan dengan gerak motor kasar, dan mencakup keterampilan seperti kecekatan jari. Sejumlah peristiwa penting motorik halus terjadi pada masa bayi, diantara perkembangan keterampilan meraih dan menggenggam.[4]


5. Perkembangan sensori dan persepsi


Bayi yang baru lahir telah dilengkapi peralatan pengumpul informasi yang disebut dengan indra (sense) atau sistem sensorik yang meliputi penglihatan (mata), pendengaran (telinga), sentuhan (kulit), kecapan (lidah), dan penciuman (hidung).


a. Sensasi dan persepsi


Sensasi terjadi ketika informasi melakukan kontak dengan penerimaan sensor. Dan persepsi merupakan interpretasi atas apa yang dirasakan.


b. Persepsi visual


Penelitian Fantz memperlihatkan bahwa bayi lebih senang pada pola bergaris daripada potongan benda/piringan berwarna cerah. Hal ini memperlihatkan bahwa bayi yang baru lahir memiliki pemahaman visual. Penglihatan bayi yang baru lahir kira-kira 20/600 pada bagan Snellen; pada usia 6 bulan, penglihatan meningkat hingga sekurang-kurangnya 20/100 pada skala yang sama.


6. Perkembangan otak


Seiring dengan bayi berjalan, berbicara, berlari, menggoyangkan kerincingan, tersenyum dan cemberut, maka otaknya akan mengalami perubahan secara tajam. Setelah dilahirkan dan pada masa awak bayi, 100 milyar neuron diotaknya hanya saling terhubung secara minimal.[5]


Pada waktu bayi masih berada dalam kandungan ibunya, badannya telah membentuk sekitar 1,5 milyar sel-sel saraf per menit. Jadi pada saat dilahirkan, bayi kemungkinan telah memiliki sel-sel otak yang akan dimiliki sepanjang hidupnya. Namun sel-sel otak tersebut belum matang dan jaringan urat saraf masih lemah. Oleh sebab itu segera setelah lahir hingga usia 2 tahun, sel-sel otak yang belum matang dan jaringan urat saraf yang masih lemah itu terus tumbuh dengan cepat dan dramatis mencapai kematangan, seiring dengan pertumbuhan fisiknya. Pada saat lahir, berat otak bayi seperdelapan dari berat totalnya atau sekitar 25% dari berat otak dewasanya, maka pada ulang tahun kedua otak bayi sudah mencapai kira-kira 75% dari otak dewasanya.[6]






B. Perkembangan Kognitif


Kognitif adalah sebuah istilah yang digunakan oleh pikolog untuk menjelaskan semua aktivitas mental yang berhubungan dengan perssepsi, pikiran, ingatan dan pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah, dan merencanakan masa depan, atau semua proses Psikologi yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari, memperhatikan, mengamati, membayangkan, memperkirakan, menilai, dan memikirkan lingkungannya. 


1. Perkembangan kognitif menurut pandangan Piaget


Piaget merupakan salah seorang pakar psikologi swiss yang banyak mempelajari kognitif anak. Ia meyakini bahwa anak membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri.


Lebih jauh dari itu, piaget juga meyakini bahwa pemikiran anak berkembang melalui serangkaian tahap pemikiran dari bayi hingga dewasa. Kemampuan ini bersumber dari tekanan biologis untuk menyesuaikan diri dari lingkungan serta adanya pengorganisasian struktur berpikir.


2. Perkembangan kognitif menurut pandangan kontemporer


Dengan menggunakan taknik-teknik eksperimental yang sangat maju, telah lahir sejumlah hasil penelitian baru tantang perkembangan kognitif bayi dan diantara hasil penelitian baru tersebut, merekomendasikan agar teori perkembangan piaget dimodifikasi secara mendasar. Karena sejumlah penelitian terbaru menunjukan bahwa beberapa kemampuan kognitif anak muncul lebih awal daripada yang dirumuskan oleh piaget dan perkembangan mereka selanjutnya lebih panjang daripada yang diperkirakannya.


Pandangan kontemporer ini kemudian juga mendapat sokongan yang penting dari para pakar psikologi pemrosesan informasi. Kalau piaget meyakini bahwa perkembangan kognitif bayi baru tercapai pada pertengahan tahun kedua, maka para pakar ini percaya bahwa perkembangan kognitif,telah dimiliki lebih bayi lebih awal. 


3. Perkembangan persepsi


Persepsi pada dasarnya menyangkut hubungan manusia dengan lingkungannya, bagaimana ia mengerti, dan menginterpretasikan stimulus yang ada di lingkungannya.


Menurut pandangan kontemporer, persepsi berkembang melalui proses secara bertahap sejak lahir hingga meninggal. Sejumlah hasil penelitian terbaru tentang perkembangan persepsi bayi menunjukan bahwa kemampuan-kemampuan persepsi bayi telah berkembang sejak awal-awal kehidupannya.


4. Perkembangan konsepsi


Menurut chaplin (2002), konsepsi adalah proses penggambaran ide atau proses berpikir.


Peneliti-peneliti kontemporer percaya bahwa bayi lahir dengan membawa kemampuan-kemampuan konsepsi atau telah telah memperoleh sejak awal perkembangan mereka.


5. Perkembangan memori


Menurut chaplin (2002), memori adalah keseluruhan pengalaman masa lampau yang dapat diingat kembali. Memori merupakan unsur inti dari perkembangan kognitif, sebab segala bentuk belajar dari individu melibatkan memori.,


Berbeda dengan pandangan para pakar psikologi terdahulu yang menganggap bahwa bayi tidak dapat menyimpan memori sampai mereka memiliki ketrampilan berbahasa yang diperlukan untuk membentuk memori itu dan mengingatnya, maka pandangan kontemporer percaya bahwa kemampuan memori bayi telah mulai berkembang jauh lebih awal dan bahkan sebelum kelahirannya.


6. Perkembangan bahasa


sesungguhnya bayi sudah menunjukan kemampuan khusus berbahasa, termasuk menyeleksi perhatian, membedakan suara, meniru aspek-aspek pembicaraan, mensinkronkoan gerakan dengan nada suara dan lebih khusus lagi kemampuan memahami fonem. Bayi yang berusia 1 bulan, dapat dengan mudah membedakan antara bunyi yang sama dengan fonem yang berbeda, dan anak-anakdengan cepat dapat mempelajari fonem mana yang relevan dengan bahasanya. 






C. Perkembangan Psikososial


Perkembangan Psikososial berhubungan dengan perubahan-perubahan perasaan atau emosi dan keperibadian serta perubahan dalam bagaimana individu berhubungan dengan orang lain. Masa bayi adalah masa ketika anak-anak mulai berjalan, berpikir, berbicara dan merasakan sesuatu. Meskipun dalam pemenuhan kebutuhan bayi masih sangat tergantung pada pengasuhnya, namun bukan berarti mereka sama sekali pasif. Sebab, sejak lahir pengalaman bayi semakin bertambah dan ia berpartisipasi aktif dalam perkembangan psikososialnya sendiri, mengamati dan berinteraksi dengan orang-orang disekitarnya. 


Dalam uraian berikut akan dikemukakan beberapa hal penting yang berkaitan dengan perkembangan psikososial pada masa bayi, diantaranya adalah:


1. Perkembangan Emosi


Emosi adalah perasaan atau afeksi yang melibatkan kombinasi antara gejolak fisiologis (seperti denyut jantung yang cepat) dan perilaku yang tampak (seperti senyuman atau ringisan).[7] Ekpresi emosional terlibat dalam hubungan pertama yang terjadi pada bayi. Kemampuan bayi untuk mengkomunikasikan emosi memperbolehkan interaksi yang harmonis dengan pengasuh mereka dan awal dari sebuah ikatan emosional diantara mereka.[8]Untuk dapat memahami secara pasti mengenai kondisi emosi bayi adalah sangat sukar, sebab informasi mengenai aspek emosi yang subjektif hanya dapat diperoleh dengan cara intropeksi, sedangkan bayi ( sesuai dengan usianya yang masih sangat muda) tidak dapat menggunakan cara tersebut dengan baik. Beberaapa para ahli memahami kondisi emosi bayi melalui ekspresi tubuh dan wajah,


Untuk mengetahui apakah bayi benar-benar mengekspresikan emosi tertentu, Corral Izard telah mengembangkan suatu sistem pengkodean ekspresi wajah bayi yang berkaitan dengan emosi tertentu yang dikenal dengan sebutan Miximally Discriminative Facial Movement Coding System (MAX). Berdasarkan sistem klasifikasi Izard, diketahui beberapa ekpresi emosi selama masa bayi, yaitu: kegembiraan tertawa diekspresikan pada usia 4 bulan, ketakutan pada usia 5-8 bulan, dan emosi-emosi yang lebih rumit seperti rasa malu, rasa bersalah, kebingungan, cemburu, dan kebanggaan diekspresikan selama anak belajar berjalan.






2. Perkembangan Temperamen


Temperamen adalah perbedaan kualitas dan intensitas respon emosional serta pengaturan diri yang memunculkan perilaku individual yang terlihat sejak lahir, yang relatif stabil dan menetap dari waktu ke waktu dan pada semua situasi, yang dipengaruhi oleh interaksi antara pembawaan, kematangan dan pengalaman.[9]


Sejak lahir bayi memperlihatkan berbagai aktifitas individual yang berbeda-beda. Beberapa bayi sangat aktif menggerakkan tangan, kaki dan mulutnya tanpa henti-hentinya, tetapi bayi yang lain terlihat lebih tenang. Dari perbedaan ini Alexander dan Stella Chess melakukan penelitian dan mengklasifikasi tempermen kedalam tiga pola dasar, pertama anak yang mudah (easy child), anak ini umumnya dalam suasan hati yang positif, cepat membangun rutinitas teratur pada masa bayi, dan mudah beradaptasi dengan pengalaman baru, kedua anak yang sulit (diffucult child), anak ini bereaksi secara negatif dan sering menangis, terlibat rutinitas sehari-hari yang tidak teratur, dan lambat untuk menerima perubahan, ketiga anak yang sulit untuk ramah (slow-to-warm-up child), anak ini memiliki tingkat aktivitas rendah, seseorang yang agak negatif, dan menunjukkan intensitas suasana hati yang rendah. Pola-pola temperamen tersebut merupakan suatu karekteristik tetap sepanjang masa bayi dan anak-anak yang akan dibentuk dan diperbaharui oleh pengalaman anak dikemudian hari.[10]


3. Perkembangan Attachment


Attachment adalah suatau hubungan yang psikologis yang diskriminatif dan spesifik serta mengikat seseorang dengan orang lain dalam rentang waktu dan rentang tertentu. Seoarang bayi yang baru saja lahir memiliki perasaan sosial, yakni kecendrungan alami untuk berintrsksi dan melakukan penyesuaian sosial terhadap orang lain. Hal ini berkaitan dengan kondisi bayi yang sangat lemah pada saat lahir, sehingga ia sangat membutuhkan pengasuhan dari orang lain dalam mempertahankan hidupnya. Oleh sebab itu tidak heran kalau bayi dalam semua kebudayaan mengembangkan kontak dan ikatan sosial yang kuat dengan orang yang mengasuhnya, terutama ibunya.


Para ahli riset dan klinis lebih menaruh pada dua jenis ikatan, yaitu keterkaitan dengan orang tua, orang yang dekat dengan orang tua dan keterkaitan dengan anak-anak. Menurt J. Bowlby, pentingnya attachment dalam tahun pertama kehidupan bayi adalah karena bayi dan ibunya secara naluriah memiliki keinginan untuk membentuk suatu keterkaitan. Secara biologis, bayi yang baru lahir diberi kelengkapan untuk memperoleh perilaku keterkaitan dengan ibunya. Bowlby juga mengidentifikasi tahap perkembangan attachment pada bayi, terbagi menjadi empat tahap:


1. Indiscriminate Sociability (0-2 bulan), pada tahap ini bayi tidak membedakan antara orang-orang dan merasa tenang, atau meneriama dengan senang orang yang dikenal dan tidak dikenal.


2. Attachment in the makin (3-7), pada tahap ini bayi mulai mengakui dan menyukai orang-orang yang dikenal, tersenyum pada orang yang lebih dikenal.


3. Specifc, clear-curt attachment(8-24), pada tahap ini bayi telah mengembangkan keterkaitan dengan ibu atau pengasuh pertama lainnya dan akan berusaha untuk senantiasa dekat dengannya, akan menangis ketika berpisah dengannya.


4. Goal-coordinated partenerships (24-seterusnya), pada tahap ini bayi merasa lebih aman dalam berhubungan dengan pengasuh pertama, bayi tidak merasa sedih selama berpisah dari ibu atau pengasuh pertamanya dalam jangka waktu yang lama. 


4. Perkembangan Rasa Percaya


Sesuai dengan perkembangan psikososial erikson, tahun-tahun pertama kehidupan ditandai oleh perkembangan rasa percaya (turst), dan rasa tidak percaya (misturst). Erikson membagi rasa percaya ke dalam tiga aspek:


a. Bahwa bayi belajar percaya padakesamaan dan kesimnambungan dari pengasuh diluarnya


b. Bahwa bayi percaya diri dan dapat dipercaya pada kemampuan organ-organnya sendiri untuk menanggulangi dorongan-dorongan


c. Bahwa bayi menganggap dirinya cukup dapat dipercaya sehingga pengasuh tak perlu waspada dirugikan.


Bukti pertama yang menunjukkan adanya kepercayaan sosial pada bayi terlihat dalam kesenangan menikmati air susu, kepulasan tidur, dan kemudahan buang air besar. Bayi yang memiliki rasa percaya diri pada dirinya cenderung memiliki rasa aman dan percaya diri untuk mengekplorisasi lingkungan yang baru. Sebaliknya bayi yang tidak memiliki rasa tidak percaya, cenderung tidak memiliki harapan-harapan positif, rasa percaya diri bukan hanya muncul dan selesai begitu saja selama tahun-tahun pertama kehidupan bayi saja, melainkan akan muncul kembali pada tahap-tahap perkembangan berikutnya. 


5. Perkembangan Otonomi


Otonomi adalah kebebasan individu manusia untuk memilih, untuk menjadi kesatuan yang bisa memerintah, menguasai, dan menentukan dirinya sendiri. Otonomi dibangun di atas perkembangan kemampuan mental dan kemampuan motorik. Pada tahap ini bayi tidak hanya dapat berjalan, tetapi mereka juga dapat memanjat, membuka dan menutup, menjatuhkan, menolak dan menarik, memegang dan melepaskan. Bayi merasa bangga dengan prestasi ini dan ingin melakukan segala sesuatu sendiri.


Dengan demikian, setelah memperoleh kepercayaan dari pengasuh mereka, bayi mulai menemukan bahwa perilaku mereka adalah mereka sendiri. Mereka mulai menyatakan rasa mandiri atau otonomi mereka. Perkembangan otonomi pada balita memberi dorongan untuk menjadi individu yang mandiri, yang dapat memiliki dan menentukan masa depan mereka sendiri.[11]






IV. ANALISIS


Masa bayi berlangsung dua tahun pertama setelah periode yang baru lahir dua minggu. Masa bayi adalah dasar kehidupan yang sesungguhnya karena pada saat ini banyak pola perilaku dan ekspresi emosi terbentuk. Masa bayi adalah masa perubahan berjalan cepat dan masa berkurangnya ketergantungan pada orang lain seperti bayi duduk, dan mengerakkan barang. Ciri khas masa ini adalah anak memusatkan untuk mengenal lingkungannya, menguasai gerak fisik dan belajar berbicara. 


Penanaman tauhid sejak bayi mulai belajar bicara sangat penting untuk pembinaan ahlaknya kelak jika dia dewasa. Pada fase ini bayi diusahakan tetap disusui ibunya karena merupakan makanan penting, menjaga dari penyakit, dan berkembangnya kesehatan bayi. Kasih sayang ibu melalui penyusuan memiliki pengaruh besar dalam pembentukan pribadi anak, dimana dia merasa tentram dan aman tidak gelisah. Rasulullah digenapkan dua tahun dalam penyusuannya kepada Halimah Sa'diyah. Mengenai pentingnya menyusui telah disebutkan dalam al-Qur'an (QS. Al-Baqarah 2:233):



ßNºt$Î!ºuqø9$#urz`÷èÅÊöãƒ£`èdy‰»s9÷rr&Èû÷,s!öqymÈû÷ün=ÏB%x.( ô`yJÏ9yŠ#u‘r&br&¨LÉêãƒsptã$|ʧ9$#4 ’n?tãurÏŠqä9öqpRùQ$#¼ã&s!£`ßgè%ø—Í‘£`åkèEuqó¡Ï.urÅ$rã÷èpRùQ$Î/4 Ÿwß#¯=s3è?ë§øÿtRžwÎ)$ygyèó™ãr4 Ÿw§‘!$ŸÒè?8ot$Î!ºur$ydÏ$s!uqÎ/Ÿwur׊qä9öqtB¼çm©9¾ÍnÏ$s!uqÎ/4 ’n?tãurÏ^Í‘#uqø9$#ã@÷VÏBy7Ï9ºsŒ3 ÷bÎ*sù#yŠ#u‘r&»w$|ÁÏù`tã<Ú#ts?$uKåk÷]ÏiB9‘ãr$t±s?urŸxsùyy$oYã_$yJÍköŽn=tã3 ÷bÎ)uröN›?Šu‘r&br&(#þqãèÅÊ÷ŽtIó¡n@ö/ä.y‰»s9÷rr&Ÿxsùyy$uZã_ö/ä3ø‹n=tæ#sŒÎ)NçFôJ¯=y™!$¨BLäêø‹s?#uäÅ$rá÷èpRùQ$Î/3 (#qà)¨?$#ur©!$#(#þqßJn=ôã$#ur¨br&©!$#$oÿÏ3tbqè=uK÷ès?׎ÅÁt/ÇËÌÌÈ 


Artinya; “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi Makan dan pakaian kepada Para ibu dengan cara ma'ruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Baqarah (2): 233)






Bentuk kasih sayang orang tua bisa berupa pelukan, ciuman, mengelus kepala, rambut, dan bermain bersama. Rasulullah bersabda: "Rasulullah biasa mengunjungi orang-orang anshar, beliau mengucapkan salam kepada anak-anak mereka dan mengelus kepala mereka." (HR Nasa'i). 


Rasul juga menyuruh berbuat adil agar tidak terjadi kecemburuan dan kedengkian untuk melakukan hal negative sebagaimana Nabi Ya'kub yang sangat mencintai Nabi Yusuf sehingga timbul rasa dengki diantara saudaranya. Dalam hal bermain kecenderungan anak-anak adalah alami karena dengan bermain bisa menumbuhkan kecerdasan, kepekaan panca indra, motivasi, insting kejiwaan dan sosialnya. Imam Ghozali mengatakan: "Sesungguhnya melarang anak bermain dan memaksanya untuk selalu belajar sama artinya dengan membunuh hatinya, memusnahkan kecerdasannya, dan menyusahkan hidupnya sehingga ia berusaha terbebas dari hal itu". 


Hal ini sesuai dengan hadits Nabi "Membiasakan anak bermain akan menambah kecerdasan di masa dewasanya”. (HR Al-Hakim Al-Turmudzi). 
Sedemikian tinggi perhatian Rasul pada anak sebagaimana cerita waktu Nabi shlat Hasan dan Husain naik dipunggung beliau tapi Nabi mengisyaratkan pada sahabat untuk membiarkannya. Diriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa Rasul bersabda: " Disaat aku mengejakan salat dan ingin memperlama shalat tiba-tiba aku mendengar tangis anak kecil, maka segera aku mempercepat salatku, karena aku mengetahui tentang apa yang menjadi kesedihan ibunya". (HR Al-Bukhari).


Agar mental anak tumbuh sehat maka kasih sayang orang tua sangat diperlukan. Nabi Ibrahim adalah figure bapak yang memperhatikan anak dan mencintai anak tapi tidak sampai mengalahkan cintanya pada Allah terbukti ketika beliau diperintah untuk menyembelih putranya sendiri. Akibat kasih sayang berlebihan juga akan berpengaruh pada kepribadian anak. Anak menjadi manja, tidak mandiri, serakah karena ia berpikir kasih sayang orang tua adalah miliknya sendiri dan dalam bersosialisasi spun mengalmai gangguan seperti anak menjadi egois dan senang menyendiri.[12]






V. PENUTUP


Demikian makalah yang dapat pemakalah sajikan. Kekurangan dan kelemahan dalam makalah adalah suatu keniscayaan dan menjadi sifat dasar manusia yang jauh dari sempurna. Maka, masukan, sanggahan, dan kritik konstruktif sangat penulis harapkan demi perbaikan makalah ini di masa mendatang.






DAFTAR PUSTAKA


Ahmadi, Abu, dan Drs. Munawar Sholeh, Psikologi Perkembangan, (Jakarta; PT Rineka Cipta, 2005), hlm. 887


Desmita, Psikologi Perkembangan, Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2009, cet. V


King, Laura, A. terj; Brian Marwensndy, The Science of Psychology: An Appreciative View (Psikologi Umum Sebuah Pengantar Apresiatif), Jakarta: Salemba Humanika, 2010.


L, Zulkifli, Psikologi Perkembangan, Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2005, cet. V


Santrock, John W. Masa Perkembangan Anak, Jakarta: Salemba Humanika, 2011 








[1]Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet. V, hlm. 92


[2] Drs. Zulkifli L, Psikologi Perkembangan, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2005), cet. V, hlm. 26


[3] Drs. H. Abu Ahmadi dan Drs. Munawar Sholeh, Psikologi Perkembangan, (Jakarta; PT Rineka Cipta, 2005), hlm. 887




[5] Laura, A. King, terj; Brian Marwensndy, The Science of Psychology: An Appreciative View (Psikologi Umum Sebuah Pengantar Apresiatif), (Jakarta: Salemba Humanika, 2010), hlm. 157


[6]Desmita, Op.Cit,hlm 102 


[7] Desmita, Op.Cit, hlm.115.


[8] John W. Santrock, Masa Perkembangan Anak, (Jakarta: Salemba Humanika, 2011), hlm. 291 


[9] Desmita, Op.Cit, hlm. 117-119


[10] John W. Santrock, Op.Cit,hlm.295


[11] Desmita, Op.Cit, hlm. 125-126.


[12]Anharul Ulum, Teori Perkembangan Manusia Menurut Al-Qur’an, http://anharululum.blogspot.com/2012/04/teori-perkembangan-manusia-menurut-al.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

cari makalah

Search Term:

Most Reading

Diberdayakan oleh Blogger.